poem for my friendship

sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu
sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengan dada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan
sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
kaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam

1 Response to "poem for my friendship"

  1. Ainur Rofiq Fadly says:
    5 Agustus 2010 pukul 00.53

    taqlid adalah mengikuti perbuatan seseorang / guru tanpa mengetahui dalilnya, sedangkan yg saya (Habib Munzir Al Musawwa) sampaikan di forum ini, selalu mencantumkan dalilnya, maka itu bukan taqlid.

    dan pada dasarnya, taqlid pada ulama yg shalih adalah lebih kuat dari dalil yg kita fahami, karena bisa saja kita berbuat dg batas pemahaman kita yg rendah, padahal guru itu lebih dalam dan luas ilmunya yg belum kita ketahui dalilnya, namun kita tak mau mengikutinya karena terjebak pemahaman : belum kutemukan dalilnya.

    justru ini menjebak kita pada kejahilan kita tanpa bisa mencapai kesempurnaan amal, tentunya lebih baik beramal dg mengikuti/taqlid pada ulama yg mumpuni dalam syariah dan shalih, walau tak tahu dalilnya, karena kita tahu ia lebih alim dari kita, dan kita tahu dia shalih bukan penipu, dan kita tahu ia selalu berusaha berjalan dalam sunnah.

    para sahabatpun bertaqlid pada Rasul saw tanpa menanyakan dalilnya, dan sebagian sahabat bertaqlid pada sahabat lain tanpa menanyakan dalilnya, ada yg sempat menanyakan dalilnya ada yg tidak, misalnya ucapan sahabat/tabiin : aku melihat ibn umar berbuat demikian, atau aku melihat Utsman bin Affan ra melakukannya demikian, ini semua taqlid, tanpa mereka menanyakan dalilnya,

    taqlid semacam ini bukan taqlid buta, tapi hal yg lebih kuat dari dalil yg kita ketahui, karena yg dimaksud taqlid buta adalah ikut2an sembarang orang yg tak jelas ilmunya dan keshalihannya, seperti para wahabi yg bertaqlid kpd ibn abdul wahhab yg bertentangan dg jumhur (mayortias) seluruh madzhab, seluruh madzhab bertawassul namun ibn abdulwahhab menentangnya, seluruh madzhab memuliakan kuburan nabi dan shalihin namun ibn abdul wahhab menentangnya, maka mereka itulah yg taqlid buta, kita bertaqlid dg guru yg berjalan dalam sunnah, dan bukan hanya taqlid jika anda membaca di forum ini, tapi disertai dalil penjelasnya.

    Sumber Habib Munzir Al Musawwa

Posting Komentar